Kita Lebih Berwawasan

Friday, November 30, 2018

Tangisan dan Jeritan Anak Rantau

Tangisan dan Jeritan Anak Rantau


Dengan Sartika -  Hai semua, selamat datang di blog saya yah. hehe. Disini Dengan Sartika  coba memposting sebuah Cerpen atau sebuah cerita yang sangat menarik. Judul cerpen kali ini adalah Tangisan dan Jeritan Anak Rantau. Bagaimana jika teman - teman di posisi dia ?

sumber : www.bintang.com

Ada pepatah yang mengatakan bahwa setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan, dari situlah akan muncul kata rindu.
Namaku Kila, salah satu mahasiswa Universitas Halu Oleo yang ada di kota Kendari. Aku berasal dari keluarga sederhana. Ayahku hanyalah seorang tukang ojek di kampung halamnku, sedangkan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga. Aku mempunyai dua kakak laki-laki dan dua adik perempuan, ya aku anak ke tiga dari lima bersaudara.

Sejak SMA aku sudah pisah dari kedua orang tua serta saudara-saudaraku. Aku tinggal bersama keluarga dari mama, namun masih dalam desa yang sama. Hanya berbeda lorong saja. Setiap tiga kali sebulan aku pulang ke rumah orang tua. Saat itu, aku belum merasakan yang namanya rindu karena masih sering bertemu dengan keluargaku. Namun saat ini rasanya sangat berbeda, kini aku benar-benar tinggal di perantauan.

Sejak dinyatakan lulus di Universitas Halu Oleo, aku berangkat ke kota Kendari dan menetap disana. Aku hanya pulang dua kali setahun, bahkan pernah hanya satu kali. Di Universitas Halu Oleo, aku mengambil jurusan Ilmu Lingkungan yang ada di Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.
Di kota Kendar, aku tinggal bersama teman kuliah di sebuah rumah kos. Sebagai anak kos, aku harus mengirit dalam pengeluaran. Jika tidak mengirit, maka akan menambah beban bagi orang tuaku. Kedinginan ataupun kepanasan, itu sudah hal biasa bagi aku yang menekuni ilmu yang multi disiplin. Kelaparan pun itu sudah biasa bagi anak kos.


Pernah suatu hari kami kehabisan bahan makanan di kos, yang ada hanya nasi, lombo dan tomat. Mau beli telur atau mie instan, uang tidak cukup. Alhasil hanya makan nasi dengan colo-colo, mau buat sambal minyak tak ada.
Kejadian-kejadian seperti itu adalah kejadian lumrah dikalangan anak kos yang berasal dari keluarga seperti kami. Makan apapun yang penting halal dan sehat. Namun hal yang paling menyedihkan adalah saat pembukaan puasa ataupun lebaran tiba.

Saat orang lain sedang persiapan untuk penyambutan puasa, kami anak kos hanya mempersiapkan mental agar air mata tidak tumpah. Saat orang sedang menyiapkan berbagai macam menu makanan untuk sahur pertama, kami anak kos hanya menunggu hari esok untuk mendapat kiriman dari kampung.
Saat bulan puasa rasa rindu masih bisa tertahankan, namun beda halnya saat gema takbir telah dikumandangkan. Sekuat apapun seseorang, pasti akan luluh air matanya ketika mendengar gema takbir di tanah rantau tanpa ada sanak saudara.

Sumber : facebook Penantian Panjang
Share:

0 komentar:

Post a Comment