Kita Lebih Berwawasan

Saturday, December 1, 2018

CERPEN KARENA AKU CINTA KAU

KARENA AKU CINTA KAU

Dengan Sartika - Halo sobat sartika, selamat datang kembali ya di blog ini. Cerita kali ini sangat menarik, hmmmmm langsung baca aja ya sobat.


Karena Aku Cinta Kau

Gedoran di pintu membuat kantukku lenyap seketika. Aku terduduk dengan jantung berdebar karena kaget bisa bangun mendadak tanpa aba-aba bunyi alarm seperti biasanya. Melirik jam yang melekat di dinding bercat biru muda. Jam 6 pagi.
"Kejutaan!" Wajah mungil Ratih memenuhi pandanganku saat kubuka pintu kamar kost.
"Jam berapa ini?" gerutuku. Kembali ngeloyor menuju kasur hendak kembali berbaring.
"Aku membawakanmu sarapan." Ratih mengekorku. Dia menarik selimut saat melihatku kembali bergelung.
"Ini hari libur. Semalam aku lembur baru pulang jam 2 pagi. Jadi aku butuh jam tidur tambahan," protesku melotot padanya.
"Kau seharusnya mengatakan sesuatu kepadaku, ucapan selamat mungkin," katanya murung yang dibuat-buat. Seperti biasa, merajuk. Aku melihatnya mengeluarkan isi bungkusan yang tadi dibawanya. Dua bungkus ketoprak.
"Kau pasti sudah melihat status WA-ku." Lengan kirinya dilambai-lambai persis di depan wajahku.
"Aku tidak sempat," bohongku. Melengos saat mendapati cincin emas polos melingkar di jari manisnya yang mungil.
"Hemm." Dia merengut.
"Dean melamarku semalam," ujarnya riang. Menatap penuh bahagia cincin yang menghiasi jemarinya.
"Kami berencana menikah bulan depan." Aku masih diam, meski perasaan tak nyaman menguasai hatiku.
"Sekarang beri aku ucapan selamat," pintanya.
"Selamat," ujarku datar.
"Hanya itu?"
"Haruskah aku bersorak?"
"Semoga ucapanmu tulus."
"Tentu saja aku tulus mendoakan kebahgiaanmu. Tapi kau tau sendiri aku belum bisa menerima keputusanmu yang akan menikahi Dean setelah dengan lancangnya dia menamparmu di depan mataku."
"Dean sudah meminta maaf sampai bersujud di kakiku. Kami sepakat akan melupakannya. Lagian itu murni bukan kesalahannya. Dia cemburu, aku tidak cukup peka dengan perasaannya. Dia berpikir kita terlalu dekat sebagai teman." Aku mendengus. Aku bahkan tidak menyukai setiap gerak-gerik pacar Ratih yang menurutku sok kegantengan itu.
Setengah tahun yang lalu Ratih memperkenalkan Dean sebagai pacarnya,  mereka seusia, lima tahun lebih muda dariku. Tapi di usianya yang baru 23 tahun, Dean telah cukup sukses sebagai pembisnis yang tentu saja tak lepas dari dukungan orang tuanya yang kaya. Keberuntungan yang tidak pernah aku dapatkan. Sejak kecil aku harus bekerja keras untuk berjuang mewujudkan sebuah kehidupan yang layak menurut pandangan masyarakat. Ratih adalah gadis tetanggaku semasa di kampung yang diam-diam aku sukai. Sampai detik ini.
**
Ratih pingsan dalam pelukanku setelah sebelumnya histeris melihat keadaan Dean yang terbujur kaku di kamar mayat. Satu jam yang lalu seorang petugas polisi menelpon nomor Ratih, mengabarkan bahwa ada seorang korban tabrak lari yang meninggal di tempat. Nomor terakhir yang dihubungi si korban melalui ponselnya adalah nomor Ratih.
**
"Seminggu lagi kami akan menikah. Kenapa takdir sekejam ini." Ratih meracau. Setiap kali bangun dari pingsannya dia kembali histeris dan meratapi nasipnya. Aku menatap wajah manis dalam dekapanku itu. Mengusap airmatanya yang mulai sedikit mengering di pipinya. Tersenyum. Hp-ku berdering.
"Hallo, baik. Akan segera saya transfer berikut bonusnya." Klik. Telepon aku tutup. Tidak sia-sia menyuruh seseorang yang profesional melakukan tabrak lari hingga menewaskan Dean, meski harus menguras seluruh isi tabunganku bertahun-tahun.

TAMAT

Duhhhh jangan baper sobat, bagaimana menurut kalian ? Tinggalkan di kolom komentar ya. Terimakasih
Share:

0 komentar:

Post a Comment