Kita Lebih Berwawasan

Saturday, December 1, 2018

CERPEN SATE KLATAK

CERPEN SATE KLATAK

Dengan Sartika - Hai sobat sartika, kemaren Sartika ketemu sebuah cerita bagus banget. Jadi sartika mau share ke sobat semua melalui blog ini. Judulnya adalah sate kalatak. Ada tau kalatak itu apa ? 



SATE KLATAK

Sutiyah paham.
Dia harus menahan diri. Walau anak madunya badung nian, berkali-kali kurang ajar padanya, dia mesti bersabar. Paling tidak, dia tak dipecat sebagai istri pertama Kasmidi, tuan tanah nan kaya-raya di desanya. Statusnya tetap terjaga.
Sudah tak terhitung berapa kali bocah laki-laki kurang ajar itu berbuat jail. Merusak citarasa masakan salah satunya. Membuatnya terpeleset sudah biasa dilakukan. Semestinya, ia dijewer. Atau, disetrap agar tahu tata krama. Tapi, dia tak punya kuasa soal itu. Jangankan mendidik, mendekatinya saja dilarang.
"Kau mau membunuh anakku ya?" ketus madunya suatu hari.
Tentu saja Sutiyah menampik. Lebih baik dia berdoa agar anak itu diterkam buaya di empang belakang rumah. Jadi jelas, ia mati bukan diracun, seperti acap dituduhkan padanya.
Derita Sutiyah tak hanya berasal dari madunya. Suaminya, yang doyan makan sate, acap menyiksanya. Dia, yang benci bau domba dan makan daging, dipaksa masak sendirian. Jelas, berkali-kali dia kena semprot sebab masakannya tak keruan.
Suatu hari, entah lagi mujur atau apa, menu sate klatak suguhannya terasa amat lezat. Tiada henti Kasmidi memuji. Bahkan madunya mengiyakan. "Seperti menyantap daging manusia!" cerocosnya sinis.
Sutiyah paham. Dia harus menahan diri atas cemoohan itu.
Sore seusai santap siang sekeluarga, Kasmidi dikejutkan teriakan tetangga. Di empang, anak kebanggaannya ditemukan mati mengenaskan. Badannya dicincang buaya. Tak keruan ujudnya. Istri keduanya pingsan seketika.
Di dapur, tempatnya membalut luka batin, Sutiyah diam-diam girang. Selagi sibuk mencuci pisau, dia mengenang saat mengiris-iris paha anak liar itu. Begitu dirasa cukup, jasadnya dilemparkan ke kolam. Tak perlu cemas. Tak ada yang lihat. Sudah saatnya bocah setan itu diberangus.
Irisan tubuhnya dia tusuk dengan jeruji sepeda. Ditaburi bumbu. Lalu, dipanggang di bara menyala.
Hadiah apa lagi yang pantas untuk mulut suami-istri keji tak tahu balas budi itu.


Sumber : Komunitas Bisa Menulis
Share:

0 komentar:

Post a Comment